Industri game di Indonesia bisa terbilang jauh tertinggal dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat ataupun Jepang. Tapi, kemunculannya berkembang cukup pesat pada masa kejayaan platform Flash, bahkan makin tumbuh besar ketika akses untuk merilis game dipermudah platform mobile seperti Android ataupun iOS. Kini berbagai judul game seperti Warung Chain, Tahu Bulat, DreadOut, dan lainnya mulai sering bermunculan di media lokal, bahkan internasional.
Mengutip semboyan populer dari Presiden Soekarno di pidato terakhirnya pada 17 Agustus 1966, “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah!” Industri game Indonesia pun tentunya memiliki sejarahnya sendiri yang menarik untuk dibahas.
Jika ditanya siapa pelaku senior atau sesepuh industri game Indonesia, kemungkinan orang-orang akan menyebutkan nama-nama seperti Touchten Games, Toge Productions, Agate Studios, dan beberapa kelompok atau individu lainnya. Kalau berbicara dengan orang-orang yang lebih paham tentang industri game lokal, yang muncul mungkin justru nama-nama lain seperti Menara Games, Altermyth, ArtLogic, dan Matahari Studios.
Beberapa media populer di tahun 2000-an sempat memberikan predikat Bapak Game Indonesia dan Game Pertama Asli Indonesia kepada David Setiabudi dari DivineKids, salah satu studio game paling senior yang sampai saat ini masih aktif berkarya.
Tapi jika kita tilik balik, dari sebelum itu pun sudah ada beberapa game edukasi atau game simpel yang dijual dalam bentuk disket di toko-toko buku seperti Gramedia. Bahkan di tahun 1996, Elex Media Komputindo sempat menerbitkan buku berjudul Pemrograman Animasi dan Game untuk Profesional yang sampai pada 1998 telah dicetak empat kali oleh penerbit besar tersebut dan penulisnya bernama Agustinus Nalwan.
Belajar secara otodidak
Agustinus Nalwan yang akrab disapa Mas Agus telah tinggal di Melbourne, Australia, sejak mengenyam pendidikan di Monash University pada pertengahan tahun 90-an. Pria asli Surabaya ini mengaku memulai pekerjaan sampingan membuat game dan menulis buku tentang membuat game sembari sekolah, sampai ketika lanjut kuliah di luar negeri. “Lumayan bisa bantu biaya kuliah saya di sini [Melbourne],” jelas Mas Agus.
“Saya sebenarnya dari SD sudah suka video game, dulu mainnya di [NES]. Tapi karena tidak punya, jadi mainnya di rumah teman. Tidak hanya suka main saja, tapi saya pun jadi ingin coba bikin.
Masa itu, Mas Agus belajar programming menggunakan bahasa BASIC. Tentu saja pada masanya belum ada tool dan software canggih seperti Unity. Bahkan IDE (Integrated Development Environment) untuk membantu proses pemrograman pun belum ada.
Mencari sumber referensi pun sangat sulit, karena buku teknis yang tersedia di Indonesia susah sekali ditemukan. Mencari buku bahasa Inggris untuk tema serupa pun tidak mudah. Akhirnya Mas Agus bergantung pada Bulletin Board System (BBS), platform berbagi yang bisa dibilang merupakan pendahulu internet yang kita nikmati saat ini.
“Semenjak terekspos dengan BBS, saya mulai mencoba bikin game sendiri, sambil tetap main game juga tentunya. Saya juga pindah dari menggunakan bahasa BASIC menjadi Turbo Pascal karena BASIC banyak batasannya, terutama urusan RAM yang hanya dibatasi sebesar 40 KB.”
Mas Agus pun menyelesaikan game yang ia kembangkan dan menyebarkannya melalui BBS. Menurutnya, cukup banyak yang mengunduh game tersebut kala itu, bahkan orang-orang dari luar negeri juga.
Game yang ia rilis saat itu bertema Dragon Ball dan ada juga yang bertema Street Fighter. Karena menggunakan properti intelektual milik pihak lain, ia tidak bisa menjualnya dan hanya dapat menyebarkan secara cuma-cuma.
Setelah mencoba merilis karya untuk publik tersebut, dirinya mulai menyeriusi usaha pembuatan game. Di kelas 3 SMP, Mas Agus mulai membuat game yang dikembangkan dengan cara sama, namun dengan tampilan dan kulit berbeda.
Game yang ia buat pun jenisnya bermacam-macam, ada yang tembak-tembakan, tebak gambar, dan lainnya. Karyanya ia jual kepada Elex Media Komputindo dan disebarkan ke berbagai cabang Gramedia dalam format disket.
Sumber : https://id.techinasia.com/agustinus-nalwan-developer-game-pertama-indonesia
Sumber Foto : https://id.techinasia.com/agustinus-nalwan-developer-game-pertama-indonesia